Kala cahaya memudar. Kala langit menghitam. Kala gemuruh tawa
bahagia berubah menjadi renungan kekaguman. Setitik cahaya kecil meluncur
dengan percaya dirinya, membelah pekatnya langit malam festival musim panas,
dan meledak menghasilkan kilauan cahaya
warna-warni cantik yang membelalakan mata siapapun yang melihatnya.
Kembang Api, Hanabi.
Malam itu setelah seharian bersenang-senang di sebuah
festival kebudayaan Jepang, saya untuk pertama kalinya merasakan sesuatu yang
sederhana namun terasa sangat luar biasa. Sesuatu yang sebenarnya adalah suatu
hal yang sering kita jumpai di berbagai momen perayaan. Namun entah mengapa
baru kali ini saya menikmatinya seperti seorang anak kecil yang baru saja
menggenggam dunia ditangan kanannya. Ya Kembang Api (Hanabi).
Malam itu dipenghujung lelah dan kegembiraan semua mata
pengunjung memantulkan bayangan cahaya indah yang meledak-ledak di angkasa dan
diikuti dengan mengembangnya senyum di pipi. Entah apa yang mereka pikirkan
dalam senyumnya. Entah bagaimana cara mereka menikmatinya. Entah bagaimana
perasaan mereka saat melihatnya. Bahagiakah ? Terkagunm-kagumkah ? Puaskah ?
Atau bahkan mungkin biasa sajakah ? Tetapi saya yakin, bukan hanya saya seorang
yang menjadi senorak itu di sana.
Salah seorang teman saya berkata “Semua orang tahu bahwa
hanabi itu puncak dari sebuah jfest. Tetapi yang tidak semua orang bisa rasakan
adalah, sebenarnya hanabi juga merupakan puncak perjuangan, puncak kerja keras,
puncak kepuasan, dan puncak kebahagiaan dari orang-orang yang bekerja keras mewujudkan
event itu. Jadi saat kami melihat meledaknya kambang api di puncak event kami,
saat itu kami semua sudah pasti menangis”.
Man... Percaya atau tidak, saya juga seolah merasakan hal
itu, walau tidak dalam level yang mereka rasakan. Walaupun hanya sebagai
penikmat, saya merasa sangat bahagia dan dibuat tak berdaya menahan
keindahannya. Dan saya juga ingin merasakan apa yang mereka rasakan. Merasakan
perasaan bahagia buah jerih payah mereka. Dan menangis bersama menikmati
manisnya buah tersebut dalam syukur.
Malam itu saya begitu bahagia. Malam itu saya tidak
henti-hentinya menumpuk senyum di wajah saya. Malam itu entah mengapa otak dan
lidah saya menemui keterbatasan dalam
mengolah dan mengucap kata, saat itu entah mengapa kata-kata yang saya
ketahui dan keluar dari mulut saya hanya kata-kata pujian atas kekaguman saya.
Malam itu saya hampir menangis. Dan saya tidak butuh alasan apapun untuk
menjelaskan ‘mengapa saya bisa merasa sebahagia itu’. Apapun alasanya, satu hal
yang pasti malam itu saya merasa sangat-sangat bahagia dan bersyukur karena
dapat merasakan kebahagiaan ini.
Subhanallah.
Semoga kalian juga bisa merasakan hal-hal sederhana yang
begitu membahagiakan seperti ini. Sering kali kebahagiaan dari sesuatu yang
sederhana terasa jauh lebih berharga. Karena sesungguhnya kebahagiaan tidaklah
selalu berasal dari sesuatu yang besar, tetapi kebahagiaan yang manis adalah
saat kita dapat selalu melihat dan merasakan kebahagian dari sesuatu yang kecil
dan sederhana. Ya Kebahadiaan dalam Syukur.
@rohadidavid
THANKS.
No comments:
Post a Comment