Ketika ingin memberikan hadiah, wanita suka sekali, bahkan
pandai, mengasosiasikan hadiah yang akan
ia berikan dengan orang yang akan menerima hadiahnya. Misalnya, seorang gadis
cenderung akan memberikan parfume beraroma ringan dengan kesan sporty untuk
kekasih prianya yang macho. Contoh lainnya adalah ketika seorang ibu membelikan
sebuah mainan mobil-mobilan untuk anaknya yang bercita-cita menjadi pembalap F1.
Atau ketika seorang istri memberikan sebuah motor baru untuk suaminya yang
tukang ojeg (lah).
Mereka bilang alasanya sederhana, karena 'cocok.' Silahkan koreksi kalo gue salah. Tapi inilah yang baru gue sadari beberapa
hari lalu.
Beberapa hari yang lalu gue dan teman-teman gue berencana
memberikan hadiah kenang-kenangan untuk salah seorang teman kami – sebut saja
Irman (nama tidak disamarkan untuk kepentingan ketenaran orang yang
bersangkutan di kalangan pembaca) – yang akan diwisuda. Entah bagaimana, gue
mengiyakan saja saat menerima usulan hadiahnya berupa sebuah boneka wisuda. Dan
dari sinilah hipotesis gue tadi berawal.
“Pid, kita ambil boneka yang harganya seratus ribu aja ya ?”
kata sebuah pesan singkat, dari teman wanita, di handphone gue.
“Oke,” gue meniyakan.
“Terus jadinya kita ambilnya yang mana ?” tanyanya lagi.
“Lah katanya yang seratus ribu.”
“Maksudanya yang bentuknya apa ?”
“Terserah deh, kakak aja yang pilih,” jawab gue membebaskan
pilihannya.
“Oke yang beruang aja ya, soalnya Kak Irman kayak beruang,”
tutupnya.
Ada yang aneh dengan percakapan di atas ?
Memang tidak ada yang aneh dengan percakapan tadi. Percakapan itu justru
mempertegas pernyataan gue di awal tadi, memberikan sebuah boneka beruang untuk
teman kami yang (katanya) mirip beruang. Cocok.
Tetapi, beberapa saat kemudian timbul keresahan baru dalam
benak gue. Gimana kalo gue yang ada di posisi Irman ?
Gue takut akan seperti ini jadinya...
Gue takut akan seperti ini jadinya...
“Jadi bonekanya yang mana nih yang buat Kak Dapid ?” tanya
seorang adik kelas lucu, yang semoga aja nanti akan ada (walau kenyataanya, gue
ngarep).
“Yang itu aja tuh,” jawab adik kelas lainnya, yang tidak
kalah cantik, sambil menunjuk ke tumpukan boneka di depannya.
“Ohiya yang ini cocok nih, Kak Dapid kan kayak Monyet,” kata
si adik kelas lucu sambil mengangkat-ngangkat boneka monyet di tangannya dengan
bangga.
Anying -_-). Man, itu Bangcyat.
@rohadidavid
THANKS.
anjay í ½í¸ ngocaaaaak
ReplyDelete:) hahaha Thank you.
DeleteBtw thank you udah mampir dan ninggalin jejak di Fuwa Fuwa Zone :).
ahahahaha kocak,, lucu, lanjutkan!
ReplyDeleteHahaha Thank you, serius seneng banget ada yg ketawa baca tulisan ini :).
DeleteOke siap dilanjutkan (kata2 gini emang yg paling bikin semangat nulis lagi dan lagi).
Makasih juga udah mampir dan ninggalin jejak di Fuwa Fuwa Zone :).
Thank you :).