Pagiku diawali surat.
Untuk kasih yang dipisah jarak.
Anganku adalah kertasnya.
Dan barisan doa menyusun tiap katanya.
Untuk kasih yang dipisah jarak.
Anganku adalah kertasnya.
Dan barisan doa menyusun tiap katanya.
Hei, apa kabar?
Di sini rasanya aneh.
Ruang meluas, namun rasa menyesak.
Waktu menjauh, dan hati melebihinya.
Di sini rasanya aneh.
Ruang meluas, namun rasa menyesak.
Waktu menjauh, dan hati melebihinya.
Boleh kuceritakan
khayalku?
Saat kita berkejaran, dan kamu tak pernah menjauh.
Setelah itu, kita berbaring di rumput.
Memandang langit yang tak seberapa luas.
Saat kita berkejaran, dan kamu tak pernah menjauh.
Setelah itu, kita berbaring di rumput.
Memandang langit yang tak seberapa luas.
Di akhir surat, aku
senang melukis wajahmu.
Melukis wajahmu yang sedang tersenyum.
Tapi aku takut, semakin hari, semakin samar.
Antara senyummu yang hilang, atau senyumku yang pudar.
Melukis wajahmu yang sedang tersenyum.
Tapi aku takut, semakin hari, semakin samar.
Antara senyummu yang hilang, atau senyumku yang pudar.
Sekarang, saatnya
melipat kertas.
Memasukannya dalam amplop, dan menyimpannya di laci.
Memasukannya dalam amplop, dan menyimpannya di laci.
Oh ternyata masih saja
seperti itu.
Desa Cisoka, 7 Agustus 2016.
Rohadi David.
bagus sekali kata katanya nice blog
ReplyDeletemayora investment