Thursday, May 21, 2015

#AkuLanjutinYa - Jalan baru menuju Senyumnya

Cerita sebelumnya : http://jkt48.com/blog/viny/?p=228

Aku belajar untuk mengenalnya sedikit demi sedikit.

Ternyata dia gadis yang banyak bicara ya. Mendengarnya bercerita tentang dirinya dengan sangat antusias, ternyata rasanya sangat menyenangkan. Mungkin aku akan dengan senang hati melakukan hal ini seharian penuh, duduk di kafe, menatapnya, kemudian hanya medengarkannya bercerita. Ya, sejak tadi aku memang lebih banyak mendengarkannya bercerita dan sesekali menimpalinya.



Tapi, tunggu dulu, jangan-jangan aku malah membuatnya bosan ? Jangan-jangan kesan pertamanya terhadapku buruk ? Jika benar seperti itu, apa dia akan menerima tawaran untuk pergi bersamaku lagi ?

Kuakui, sebenarnya aku juga ingin bercerita banyak tentang diriku. Hanya saja aku terlalu gugup.

Dia melihat jam tangan di tangan kirinya. Kemudian aku juga bertanya tanya, sudah jam berapa sekarang ? Sudah berapa lama kami di sini ?

Waktu yang menyenangkan berlalu dengan cepat. Setidaknya waktu yang menyenagkan untukku. Dan kuharap, ia juga berpikir seperti itu. Kami bangkit dari kursi, hendak keluar dari kafe dan berpisah. Sampai sedetik kemudain, kami baru menyadari lebatnya hujan di luar kafe. Siapa sangkan hujan bisa turun selebat ini di tengah musim panas. Bahkan aku masih ingat betul panasnya cuaca ketika aku memasuki kafe siang tadi.

Mau tak mau kami kembali duduk di kursi kami. Menunggu hujan berhenti. Melanjutkan obrolan menyenangkan yang sejak tadipun tak tentu ke mana arahnya. Seandainya bisa, kuharap hujan ini tak pernah berhenti.

Tadinya aku pikir rasanya aneh sekali jatuh cinta dengan orang yang tidak aku kenal. Tetapi, setelah aku sedikit lebih mengenalnya, apa aku boleh jatuh cinta ?

Baiklah, jika benar aku jatuh cinta padanya, lalu apa ? Sekarang apa yang harus kulakukan ? Apa aku harus mengutarakn perasaanku padanya ?

Tidak. Tidak. Setidaknya, tidak untuk saat ini. Tidak untuk pertemuan pertama kita ini. Kau pikir dia akan menerima perasaanmu pada pertemuan pertama ? Bodohnya aku. Yang ada dia malah akan menanggapku pria yang aneh.  Bahkan mungkin selanjutnya dia akan menjauhiku.

Untuk saat ini, biarlah seperti ini dulu.

Pukul 5 sore, di keadaan yang kuharap bertahan selamanya.

Kali ini kami benar-benar harus berpisah. Hujan muali berhenti dan hanya menyisakan rintik lembut yang akan menganatar perjalanan pulang kami. Kami keluar dari kafe dan berniat berjalan bersama sampai halte terdekat.

Aku berjalan di sampingnya sambli sesekali memperhatikan dirinya. Dia terlihat lucu sekali ketika berjalan menghindari genangan air dengan lompatan-lompatan kecil. Dan wajah cemberutnya ketika menggerutukan rambutnya yang mulai basah karena rintik hujanpun terlihat lucu.   

Kami sampai di halte tujuan. Dari sini kami akan menaiki bus yang berbeda untuk sampai ke rumah kami masing-masing. Astaga, hari yang kutunggu-tunggu hanya berakhir seperti ini, sederhana dan berlalu dengan cepet. Tapi, kurasa aku tidak dapat menyembunyikan betapa senangnya aku hari ini.

“Kau tahu, hari ini aku merasa senang sekali bisa menghabisakan waktu bersamamu.”

Dia tidak mengatakan apapun, hanya tersenyum padaku. Sebuah senyum yang kuyakin mengekspresikan perasaan senang yang sama seperti yang kurasakan. Atau lebih tepatnya, kuharap begitu.

“Hey, mungkin kita bisa melakukan hal ini lagi lain kali kali,” kataku memberikan tawaran.

Tiba-tiba aku melihat perubahan pada ekspresi wajahnya, senyumnya memudar. Dia tampak tidak yakin. “Entahlah, mungkin ini yang terakhir, karena minggu depan aku sudah harus pindah ke luar kota untuk melanjutkan studiku di sana.”

Apa ? Dia bilang apa ? Dia akan pindah ke luar kota ? Aku mendengarnya berkata seperti itu. Hanya saja, aku tidak ingin menerimanya. Bukankah kami baru saja saling mengenal ? Jadi ini benar-benar perpisahan ya ?

Aku tidak tahu harus berkata apa. Rasanya, aku tidak siap untuk perpisahan ini. Seketika pikiranku kembali ke tiga tahun selama aku memperhatiaknnya. Aku kambali teringat hari di mana untuk pertama kalinya aku mengetahui namanya. Hari di mana kata ‘Halo’ membutuhkan kumpulan keberanian selama tiga tahun. Sampai hari yang kutunggu-tunggu, ya, hari ini. Bahkan aku mengingat hal-hal kecil tentangya, senandungnya di kafe, hobi membacanya, sampai judul buku yang sedang dibacanya.

Kemudaian terpikir olehku untuk memberikan sesuatu kepadanya, untuk tetap terhubung dengan dirinya dengan cara yang aneh, untuk menyentuhnya lewat hal yang disukainya. Hingga tanpa sadar janji itu terucap dengan sendirinya,

“Suatu hari nanti aku akan jadi penulis novel, dan saat novelku terbit nanti, kau harus membacanya, ya.”

Aku dapat melihat dengan jelas sebuah senyum kembali mengembang di sudut bibirnya. Sebuah senyum manis yang membuatku ingin merubah jalan hidupku untuk menjadi seorang penulis. “Hmm, baiklah, aku akan sangat menantikan hari di mana hal itu terjadi.”

Pukul 9 malam, di tengah perjalan baruku.

Dan sekarang, di sini lah aku. Di depan layar komputerku. Dipusingkan oleh plot-plot hasil imajinasiku sendiri. Sedang berjuang menyelesaikan novel pertamaku.

Kupikir menjadi penulis itu mudah. Kau hanya perlu menghayal, berimajinasi, kemudian menuangkannya di atas kertas. Tapi kenyataannya, lihat aku sekarang, setiap malam dipusingkan dengan tulisan-tulisan ini. Seringkali dihantam kebuntuan dalam penggalian ide. Berulang kali memperbaiki paragraf yang awalnya kukira tanpa cela. Tiada malam tanpa membaca dan menulis. Astaga, rasanya proses ini bisa membuatku gila.

Tapi aku rasa, aku mulai menikmatinya. Ya, menikmati melalui proses panjang itu. Karena tiap kali aku mulai merasa lelah akan proses itu, entah bagaimana, aku selalu terbayang senyumnya. Kemudian aku teringat hari dimana aku berjanji padanya untuk menjadi seorang penulis. Kala mengingat hari itu, rasanya aku kembali menemukan alasnku berusaha sekeras ini. Dan tiap kali aku mengingat senyumnya, rasanya seluruh rasa lelahku menguap seketika dan hanya meninggalkan kesenangan sebagai temanku.

Tadinya kupikir pendirianku lemah sekali, karena dengan mudahnya merubah jalan hidupku hanya karena senyum seorang gadis. Tetapi aku salah, ternyata karena senyumnyalah aku menemukan jalan hidupku. Jalan hidup yang benar-benar kusukai. Jalan hidup yang kutahu akan ada dirinya dan senyumnya di ujungnya.




David Rohadi
(@rohadidavid)


***

#AkuLanjutinYa adalah sebuah lanjutan cerita dari cerita seorang blogger bernama Ratu Vienny Fitrilya (Viny). Jadi Viny membuat sebuah cerita singkat di blog pribadinya, dan ia meminta para pembacanya membuat lanjutan dari cerita tersebut versi mereka masing-masing. Saya merasa sangat excited mendengar hal tersebut, dan langsung membuat lanjutan cerita versi saya ini :).

Buat saya pribadi, Viny adalah seorang gadis dengan pikiran yang sangat menarik, dan membaca tulisan, serta mimpi-mimpinya, rasanya sangat menyenangkan. Seorang gadis yang menbuat saya tanpa ragu mengatakan mimpi saya padanya di pertemuan pertama,

"Hai, aku mau jadi penulis loh, nanti kalau novel aku terbit kamu harus baca ya."

Saya harap Viny membaca tulisan saya ini. Dan saya harap Viny menyukainya.


David Rohadi.
@rohadidavid


THANKS.

2 comments:

  1. Sipp gan, semoga sukses jadi penulis ya..

    mampir kesini juga kalau berkenan malutanya.blogspot.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Barusan mampir ke blognya juga gan dan baca tentang Umbul Sidomukti, kayaknya seru tuh :).

      Aamiin. Makasih gan udah mampir, baca, dan ninggalin jejak di Fuwa Fuwa Zone. Dan yang paling penting Makasih banyak buat Doanya :).
      Sukses juga ya buat situ :).
      Thank you.

      Delete